Wayang kulit, sejarah, jenis dan perkembangannya.

Wayang kulit merupakan sebuah pagelaran pertunjukan yang berasal dari pulau jawa dan secara umum membawakan cerita Mahabarata, Ramayana, dan Cerita Panji. Wayang memiliki sejarah panjang yang mewarnai perjalanan dan perkembangan hingga di masa sekarang. 

pagelaran wayang kulit dari pulau jawa

Wayang adalah seni pertunjukan yang berasal dari Indonesia dan berkembang pesat di pulau Jawa dan Pulau Bali. Kini, Wayang kulit menjadi warisan budaya yang mendunia dan diakui oleh UNESCO sebagai 'masterpiece' kebudayaan dunia. Hal ini tidak lepas dari keunikan dan keindahan unsur estetika yang ditampilkan, juga pesan moral yang terkandung di dalamnya.

Secara umum, kata wayang berasal dari bahasa jawa yang berarti bayangan. Dulu, penonton hanya melihat bayang bentuk wayang yang dimainkan dalang dari balik kelir. 

Pagelaran wayang kulit biasanya dimainkan semalam suntuk karena durasi cerita yang dibawakan sangat panjang. Selain cerita inti, biasanya menceritakan lakon dari kisah Mahabarata dan Ramayana, juga di isi dengan cerita ringan atau humor untuk memecah suasana.

Humor atau bisa juga disebut dagelan, biasanya dibagi dalam dua babak, yaitu Limbukan dan Goro-goro. Dalam babak Limbukan, ada 2 tokoh yang mendominasi, yaitu Limbuk dan Cangik. Sedangkan Goro-goro didominasi para Ponokawan yang riang dan jenaka tetapi memiliki fungsi yang penting dalam alur cerita wayang.

Sejarah Wayang Kulit


Berbicara tentang sejarah wayang kulit, tidak lepas dari sejarah masuknya agama Hindu dan Buddha ke Asia Tenggara, khususnya ke Nusantara. Hal ini diperkuat dengan kenyataan cerita yang dibawakan berasal dari cerita Mahabarata dan Ramayana. Meskipun ini bukan sebuah standart bagi dalang untuk membawakan sebuah lakon. Banyak juga dalang yang membawakan lakon carangan (gubahan). Tetapi, pada umumnya lakon yang dibawakan bersumber dari cerita Mahabarata dan Ramayana.

Wayang berkembang dari dua jenis seni, yaitu Ravana Chhaya yang merupakan sebuah teater boneka dan tarian Chhau. Kesenian ini berasal dari Odhisa, di India Timur. Akulturasi kebudayaan India atau Tiongkok yang menjadi influence perkembangan wayang di Indonesia. Seperti yang kita tahu, kedua negara ini memiliki tradisi turun temurun tentang penggunaan bayangan boneka dan pertunjukan teater secara keseluruhan.

Pada zaman kerajaan, keberadaan wayang sudah ada dan bisa dilihat melalui catatan yang mengacu pada prasasti yang berasal dari tahun 930. Prasasti tersebut menyebutkan tentang si "Galigi Mawayang". Galigi yang dimaksud adalah seorang dalang yang memainkan wayang. 

Sesuai dengan isi kitab "Kakawin Arjunawiwaha" yang mendeskripsikan bahwa si Galigi adalah orang yang cepat dan berjarak satu wayang dari jagatkarana. Kakawin buatan Empu Kanwa dari tahun 1035 ini bisa menjadi rujukan tentang keberadaan dalang dan wayang pada masa lalu.

Prabu Sri Jayabaya, Raja Kediri tahun 939 M, adalah pemilik pertama Wayang Purwa. Kemudian pada tahun 1223 M di Jenggala, Wayang Purwa dikembangkan Raden Panji. Pada tahun 1283 M, muncul yang namanya Wayang Beber, buatan Raden Jaka Susuruh. Wayang Beber adalah wayang yang dibuat dari kertas.

Jenis Wayang di Indonesia


Di Indonesia, ada beragam jenis wayang yang sudah dikenal masyarakat secara luas berdasarkan bentuk dan ukuran, diantaranya :

1. Wayang Beber.

wayang ini adalah jenis tertua di Indonesia dan saat ini masih bisa ditemukan di Pacitan, Jawa Timur. Wayang Beber berbentuk lembaran-lembaran (beberan) yang terbuat dari kain atau kulit lembu. Setelah digunakan bisa digulung. Tiap beberan memuat satu adegan cerita. Wayang ini dibuat pada masa kerajaan Majapahit.

2. Wayang Kulit.

Berkembang pesat di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau atau kulit kambing yang di ukir dan dibentuk sedemikian rupa. Lengan wayang kulit bisa digerakkan untuk menambah keindahan pada waktu pertunjukan.

Wayang kulit dimainkan dalang dibalik kelir dan disorot blencong/lampu. penonton dapat melihat bayangan wayang di kelir. Berdasarkan ukurannya, wayang purwa dapat dibedakan menjadi Wayang Kaper, Wayang Kidang Kencanan, Wayang Pedalangan, dan Wayang Ageng.

 

3. Wayang Klitik (Karucil).

Kata klitik berasal dari suara kayu yang saling bersentuhan ketika wayang digerakkan. Bentuknya mirip dengan wayang kulit, tapi terbuat dari kayu.

Cerita yang diangkat umumnya tentang cerita Panji dan Damarwulan. Digunakan kayu yang sudah dilubangi untuk menancapkan Wayang Klitik. Tidak biasa menggunakan gedebog pisang.

4. Wayang Golek.

Jenis ini paling populer di Jawa Barat. Wayang golek terbuat dari kayu berbentuk boneka 3 dimensi. ada dua jenis wayang golek, yaitu Wayang Golek Papak Cepak dan Wayang Golek Purwo. 

Biasanya, sumber ceritanya berdassarkan dari sejarah, misalnya Sultan Agung, Batavia, Untung Suropati, dan cerita lainnya. Wayang Golek tidak menggunakan kelir seperti wayang kulit.

5. Wayang Wong.

Jenis ini adalah sebuah drama tari yang tokoh-tokohnya diperankan oleh manusia (wong). Pada awal kemunculannya, Wayang Wong diperuntukkan sebagai hiburan para bangsawan.  

Wayang Wong diciptakan oleh Sultan Amangkurat I pada tahun 1731. Fungsi dalang dalam pertunjukan Wayang Wong ini hanya bertindak sebagai perpindahan adegan.

Pertunjukan Wayang di jaman modern


Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini sedikit banyak menggeser kepopuleran pertunjukan wayang yang berkembang pesat di jamannya. Durasi yang panjang, bisa semalam suntuk, untuk wayang kulit dan sejenisnya, menjadi pertimbangan orang jaman sekarang untuk tetap mau menikmati pertunjukan sampai usai. Mengingat kesibukan pekerjaan pada pagi harinya. Namun, tidak dapat dipungkiri, masih banyak orang yang tetap setia menonton sampai selesai. Rata-rata di dominasi orang tua yang memang suka dengan cerita pewayangan.

Faktor bahasa juga menjadi persoalan tersendiri terutama bagi anak muda yang tinggal di perkotaan. Bahkan untuk beberapa dialog dalam pagelaran wayang, banyak menggunakan bahasa jawa kuno yang sebagian orang tidak mengerti artinya. Kadang sering di jembatani dengan bahasa jawa ngoko yang mudah dimengerti. 

Berdasarkan persoalan tersebut, munculah ide dan kreatifitas dalang untuk membuat bentuk baru sebuah pertunjukan wayang agar mudah dimengerti alur ceritanya dan ringkas secara waktu. tetapi, tidak mengurangi pakem cerita yang sudah ada. 

Salah satunya adalah Wayang Urban yang mengakomodir pengenalan wayang ke anak muda di Indonesia, khususnya yang tinggal di perkotaan. Sebagai jembatan antara tradisi dengan modernisasi, Wayang Urban mengusung lakon wayang dalam kemasan teater, tari, dan musik. Penyampaian alur cerita dan pesan moral disampaikan dalang melalui monolog dan teatrikal seluruh pemain. Baik oleh pelakon maupun musisi. 

0 Response to "Wayang kulit, sejarah, jenis dan perkembangannya."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel